Selasa, 05 Mei 2009

Lahir, Hidup, dan Mati


"Aku lahir menangis ketika orang-orang menyambut kelahiranku dengan senyum dan suka cita. Namun mampukah aku tersenyum ketika orang-orang mengantarkan kematianku dengan duka dan air mata".

Begitu tulis seorang sahabat tatkala kusodorkan diaryku sebagai tanda kenangan menjelang perpisahan kelas III SMAN Blabak di Muntilan, Jawa Tengah pertengahan tahun 1990 yang lalu.

Kalimat yang memiliki makna dalam. Sampai saat ini masih terngiang meski diary yang menyimpan kalimat itu kini entah dimana. Maklum lulus SMA saya merantau ke Jakarta melanjutkan sekolah di Prodip III STAN. Lulus tahun 1993 ditempatkan di sebuah BUMN di Klaten. Tahun 1999 dimutasi ke Pandangan, Rembang. Lantas pindah ke Cawas, Klaten tahun 2002. Januari 2006 mutasi lagi ke Kartasura. Tanggal 27 Mei 2006 Jogja diguncang gempa hebat. Efeknya sampai ke rumah mertua di Klaten. Akhirnya mulai 29 Mei 2006 ngungsi ke Balikpapan lantaran kebetulan dipromosikan ke kota minyak.

Allah SWT memang Maha Kaya dan mempunyai rencana yang tak pernah Saya duga.

Kembali ke....

Perjalanan hidup masih terus berlalu. Aku mencoba merenungkan kembali tulisan sahabat Saya tadi. Bukankah cukup lama telah kuarungi lautan kehidupan ini? Apa yang telah kulakukan untuk membuat bibirku tersenyum dalam kematianku nanti?

Ya Rabbi, berikan aku kesempatan untuk melakukan sesuatu yang bermakna, yang berguna bagi sesama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar