Jumat, 19 Juni 2009

Keterampilan Mendengar

Kemampuan SBY dalam memimpin ekonomi negara lebih pada kelihaiannya dalam membaca tanda-tanda jaman yang tercermin dari sikap mendengar, memahami, dan mengarahkan secara baik.
(Business Review, Juni 2009)

Public speaking merupakan sarana utama meraih sukses kepemimpinan. Sebagai mana disampaikan oleh para pakar dan praktisi kepemimpinan bahwa leadership hakikatnya adalah mempengaruhi. Seorang pemimpin yang sukses sudah barang tentu mereka yang mampu mempengaruhi orang lain untuk bekerja sama guna mencapai tujuan yang ditetapkan.
SBY sebagai pemimpin negara yang pernah mendapat anugerah sebagai Tokoh Berbahasa Lisan 2003 memahami betul bahwa untuk dapat memimpin dan mempengaruhi ada tiga tahapan utama yang harus dilewati. Ketiga tahapan tersebut adalah mendapatkan input, memproses, dan memberikan output yang membuat orang dengan sukarela memberikan yang terbaik dalam pencapaian tujuan.
1. Mendapatkan Input
Input dalam hal ini berupa data dan fakta diperoleh dengan cara melihat dan mendengar permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat (audiens). Seorang pemimpin harus mendapatkan informasi akurat tentang hal ini. Oleh karenanya keterampilan mendengar (juga melihat) merupakan hal pertama dan utama yang tidak bisa ditawar lagi keberadaannya. Begitupun sukses seorang public speaker juga dimulai dari keterampilan ini.
2. Memproses Input dan Mencari Solusi
Informasi yang berupa data dan fakta yang diperoleh kemudian diproses dengan memilah menurut skala prioritas mana yang sangat penting, penting, dan kurang penting untuk segera diatasi. Kemudian dicarilah solusi paling jitu sehingga harapan mampu mengatasi masalah yang dihadapi masyarakat menjadi kenyataan. Bermodal analisis informasi yang ada lantas membuat pilihan-pilihan solusi serta merangkingnya sehingga dapat dibuat rencana A, B, C, dan seterusnya. Formula yang tepat guna dipilih dan kemudian dibuat simulasi sebelum dipublikasikan.
3. Publikasikan Output dan Lakukanlah
Setelah dipilih solusi terbaik seorang pemimpin (juga public speaker) harus mengerahkan dan mengarahkan segenap sumber daya untuk meralisasikan rancangan solusi dengan langkah nyata. Dan sekali lagi kepemimpinan seseorang teruji di sini. Bagimana dengan pengaruhnya ia mampu mengerahkan dan mengarahkan sumber daya (termasuk sumber daya manusia) hingga masalah masyarakat dapat diatasi.
Keberhasilan seorang public speaker ternyata tidak semata-mata didukung oleh kemampuan memaparkan ide belaka. Sebab sejatinya kelihaian berbicara merupakan cerminan dari keterampilan mendengar.
AA Gym dalam berbagai ceramahnya sering berkata, "Apa yang keluar dari teko, itulah isi sebenarnya dari teko''. Dan yang tidak boleh dilupakan juga bahwa "Isi teko adalah apa yang dimasukkan ke dalam teko!" Bukankah teko akan tetap kosong jika kita tidak mengisi atau mengijinkan orang lain melakukannya?
So, dengarkan, pahami, dan lakukanlah lantas biarkanlah kesuksesan menghampiri...

Jumat, 12 Juni 2009

Personal Branding

Coba anda bayangkan, apa yang terlintas di benak anda ketika saya menyebut Julia Perez? Bagi banyak orang jika mereka ditanya pasti mereka akan menjawab; artis yang sensual, cantik, gemar membuat sensasi, minimaliss, suka hal-hal yang berbau seksualitas, dan sebagainya.

Mengapa orang berfikir semacam itu? Karena orang mempersepsikan simbol-simbol yang selama ini diciptakan oleh Julia Perez dari ucapan dan perilakunya yang diekspos oleh media. Dari simbol-simbol inilah melahirkan personal branding dari seorang perempuan yang juga disebut Jupe ini.

Jika kita ingin menjadi seseorang yang dikenal oleh masyarakat luas tentu juga harus menciptakan image yang unik dan berbeda dari yang ada. Sebuah perusahaan agar dikenal oleh masyarakat biasanya dibuatlah logo yang mencerminkan budaya kerja, identitas, filosofi, serta tujuan yang ingin dicapai. Sedangkan kita sebagai individu akan dikenal melalui simbol-simbol busana, tutur kata, kepribadian, pikiran/ide, sikap, dan tindakan yang kita lakukan.

Orang biasanya akan lebih mudah mengenali jika menemukan keunikan tertentu yang membedakan dengan yang lain. Ketika dalam sebuah kelompok terdapat salah satu yang mempunyai ciri-ciri menonjol dari yang lain tentu paling mudah dikenali. Misalnya dalam sepuluh orang terdapat satu orang memakai topi, maka orang segera menunjuk itu dia si fulan yang bertopi.

Pernahkah anda berfikir, ketika nama anda disebut kira-kira apa yang terlintas dalam bayangan orang-orang yang mendengarnya?

Senin, 08 Juni 2009

MC dan Humor

Ada kalanya sebuah acara berjalan kaku, tegang, dan terasa melelahkan. Sambutan pengisi acara bertele-tele dan ngelantur. Audiens terlihat bosan dan beberapa mulai menguap. Bahkan di beberapa sudut tampak ngobrol sendiri mengatasi kebosanan mengikuti acara.

Kondisi ini menjadi beban berat seorang MC. Ketika ia gagal menanganinya, orang bisa mengkambinghitamkannya sebagai MC yang tidak profesional, meskipun belum tentu kesalahan terletak pada pembawa acara. Susunan acara dari protokoler atau tuan rumah (shahibul hajat) yang kurang efektif dan efisien bisa juga menjadi penyebabnya.

Untuk mengatasinya sebelum acara berlangsung seorang MC bisa saja memberikan masukan sebelum acara dimulai. Beberapa hari sebelumnya ia harus berkoordinasi dengan pemilik acara. Jika ada yang dirasa kurang tepat sang calon MC bisa menyampaikan pendapat. Akan tetapi keputusan tetap menjadi wewenang pemilik acara dan sang calon MC tidak boleh memaksakan diri.

Jika sudah seperti ini, pembawa acara harus mempunyai jurus jitu agar acara tetap berlangsung lancar dan tetap diikuti dengan baik oleh hadirin dari awal hingga akhir.
Salah satu jurus yang bisa dipakai adalah dengan menyelipkan humor di sela-sela acara berlangsung. Humor diyakini bisa mencairkan kebekuan suasana sebuah acara. Di sini kepiawaian pembawa acara memilih humor yang cerdas sangat penting.

Beberapa tokoh sukses membawakan acara atau menjadi pembicara publik juga ditunjang oleh kepiawaian mereka mengolah humor sebagai pemanisnya. Simaklah James Gwee, Mario Teguh, Aa' Gym, dan banyak lagi. Ada baiknya kita mengikuti jejak mereka menyisipkan humor dalam membawakan sebuah acara sehingga menjadi menarik dan tetap diminati audiens.

Menurut hemat saya ada beberapa hal yang harus diperhatikan;
  1. Humor yang disampaikan tidak menyinggung perasaan orang tertentu.
  2. Tidak boleh merendahkan martabat orang, kelompok, etnis atau agama.
  3. Tidak melanggar norma baik sosial, agama, atau hukum yang berlaku.
  4. Menyesuaikan dengan acara yang dipandu sebab tidak semua acara bisa disisipi dengan humor.
  5. Tetap disampaikan dengan santun dan tidak berlebihan karena seorang MC bukan pelawak.
Beberapa bentuk humor yang dapat dilakukan dalam sebuah acara di antaranya adalah; gesture (gerak tubuh), anekdot, pantun jenaka, atau ungkapan-ungkapan lainnya.

Menciptakan humor bagi MC solo (tunggal) relatif lebih sulit dibanding MC duo (duet) atau trio. Ketika MC duo/trio masing-masing pembawa acara dapat saling melempar lelucon dan lebih mengalir. Ide-idenya pun lahir dari dua atau tiga kepala. Sedangkan pada pembawa acara tunggal perlu keterampilan tersendiri.

Perbendaraan humor dapat diperoleh dengan berbagi dengan teman, banyak membaca, melihat gambar-gambar kartun, menonton film komedi, atau berbagai cara lain. Setelah itu tinggal memilih dan memilah mana yang cocok untuk dipakai guna membuat acara semakin oke.

Selamat mencoba!