Rabu, 10 Februari 2016

BUDAYA KASIH SAYANG DAN VALENTINE DAY

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semua akan dimintai pertanggungjawabannya. (QS : Al Isra, 36) 

Infiltrasi budaya di era global semakin tak terbendung. Kultur budaya asli individu atau suatu masyarakat dapat berubah seiring dengan gempuran budaya manca negara. Paulus Wirutomo (Sosiolog) menyatakan bahwa kultur budaya adalah segala sistem nilai, norma, sistem kepercayaan, adat istiadat, atau tradisi yang telah mendarah daging (internalized) pada individu atau komunitas. Kultur budaya memiliki “kekuatan” membentuk keyakinan, pola berpikir, sikap dan perilaku anggota masyarakat. Salah satu bentuk kultur budaya yang berkembang mengglobal dan menjadi perbincangan banyak orang di setiap bulan Februari adalah valentine day (Hari Kasih Sayang).

Wikipedia Indonesia mencatat, hari yang jatuh pada tanggal 14 Februari ini, di dunia Barat diperingati sebagai hari di mana para kekasih dan mereka yang sedang jatuh cinta menyatakan cintanya. Pada hari raya tersebut para pencinta mengasosiasikan dengan saling bertukaran benda-benda dalam bentuk "valentines". Simbol modern Valentine antara lain termasuk sebuah kartu berbentuk hati dan gambar sebuah Cupido (Inggris: cupid) bersayap. Ada pula yang diwujudkan dengan memberikan atau bertukar bunga atau cokelat.

Menurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908) nama Valentinus paling tidak bisa merujuk tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda yaitu seorang pastor di Roma, seorang uskup Interamna (modern Terni), dan seorang martir di provinsi Romawi Africa. Koneksi antara ketiga martir dengan hari raya cinta romantis ini tidak jelas.

Bahkan Paus Gelasius I, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini, namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Ada yang mengatakan bahwa Paus Gelasius I sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari. Jadi, tidak ada catatan sejarah baku yang melatarbelakangi lahirnya valentine day.

Lepas dari kontroversi tentang Hari Kasih Sayang, yang pasti tradisi yang berkembang bukan merupakan ajaran agama Islam. Bagi umat Islam yang yakin atas kebenaran Al Quran sebagai kitab sucinya dan meyakini asma’ul husna, Allah memiliki nama lain yakni Arrahman (Maha Pengasih) dan Arrahim (Maha Penyayang). Nama ini selalu dibaca dan diresapi maknanya belasan bahkan puluhan kali dalam bacaan shalat sehari semalam.

Merujuk kepada sifat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, setiap manusia memiliki naluri dan kewajiban untuk saling mengasihi dan menyayangi kapan saja tak berbatas waktu. Dan kasih sayang tidak cukup diwujudkan hanya dengan sepotong coklat atau seikat kembang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar