Senin, 11 September 2017

CELOTEH KYORA




Suatu sore, aku mengajak keluarga kecilku makan bareng di  food court  sebuah mall kota Jogja. Sampai di lokasi istriku ‘N begitu saya memanggil saat pacaran dulu, mendata menu apa yang anak-anakku mau. Kami duduk melingkar di sebuah meja makan yang tidak terlalu besar. Singkat cerita sore itu menjadi momen quality time yang tak biasa. 

Saya, ‘N istriku , serta Ky, Key dan Kyo ketiga anakku duduk satu meja makan bareng. Apalagi dilakukan dalam rangka HUT ke-46 sang Kepala Keluarga. Ditambah kehadiran tiga keponakan suasana jadi tambah seru.

Usai makan ku tengok jarum jam di tangan. Wah, waktunya shalat Ashar nih!

Lalu aku pun pamit untuk shalat. Rupanya Kyo, si bontot yang masih kelas satu SD masih mau deket-dekat sama papanya. Maklum kami ketemu paling dua minggu sekali. Itupun kalau tidak tersita libur akhir pekanku untuk mengikuti agenda perusahaan.

“Pah, papah jangan tinggalin Kyo…” rajuknya.

“Papa shalat dulu dik…” jawabku.

“Kenapa sih papa harus shalat tiap hari. Sehari sajalah pah gak usah shalat, kenapa sih?” tanya si Kecil.

“Anakku, shalat itu cara kita berterima kasih sama Allah. Siapa yang memberi nafas, siapa yang memberi kehidupan? Kita harus berterima kasih kepada Allah yang memberi kita nafas dan kehidupan. Makanya selama kita masih bisa bernafas, masih hidup, jangan tinggalkan shalat!”

“Jadi kalau kita mati baru dishalatin gitu?”

“Betul, selama hidup kita wajib shalat. Dan hanya orang yang shalat ketika hidup, yang berhak untuk dishalati ketika mati, oke?”

“Ya, pah!” kata Kyo sambil manggut-manggut.

Shalat adalah salah satu cara manusia berterima kasih dan bersyukur pada Allah Tuhannya. Barangsiapa yang berterima kasih dan bersyukur akan ditambahlah nikmat dari-Nya. Sebaliknya mereka yang kufur, silakan menunggu azab-Nya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar